Oleh: Asril Rusli Lc, M.Pd*
Pondok pesantren memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam perkembangan dakwah dan syiar Islam lokal maupun nasional. Pemberdayaan pondok pesantren untuk kepentingan perkembangan da’wah merupakan upaya yang harus terus digalakkan, terlebih dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang sangat akrab dengan pelayanan umat melalui pondok pesantren. Populasi pesantren yang terus bertambah dengan jumlah santri dan pengelola yang signifikan semakin menjadikan pesantren sebagai lembaga yang sangat strategis.
Salah satu pesantren yang berusaha mengembangkan perannya dalam bidang pendidikan, dakwah dan sosial adalah Pondok Pesantren Husnul Khotimah. Sebuah pesantren modern berbasis tarbiyah dan dakwah yang berdiri di Desa Maniskidul, kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Pesantren ini memadukan kultur pesantren dengan sistem pendidikan modern sehingga alumni santri yang dihasilkan bisa berinteraksi dengan perkembangan dakwah masa kini.
Dari sisi perkembangan dakwah peran strategis Pondok Pesantren Husnul Khotimah bisa dioptimalkan. Ada beberapa peran strategis yang bisa dimainkan pesantren. Di antaranya nasyrul fikrah islamiyah (menyebarkan pemikiran keislaman), takwin syahsiyah daiyah (mencetak kader dakwah), tanmiyatul kafaah (mengembangkan kemampuan), kasbul maisyah (menjadi mata pencarian), ijtimaul khubara’ (menghimpun para pakar) dan idzhar qiyadah ijtimaiyyah (memunculkan kepemimpinan sosial).
Nasyrul fikrah. Pesantren berperan dalam menyebarluaskan idealisme agar masyarakat memiliki semangat perjuangan dan dukungan kepada kehidupan yang lebih islami. Kegiatan ini dilakukan dengan mentarbiyah umat, mengingatkan masyarakat, mengubah opini umum, menyucikan jiwa, membersihkan ruhani, menyebarkan prinsip kebenaran, jihad, bekerja, dan menyebarkan nilai-nilai keutamaan. Sarana yang dapat digunakan diantaranya: majelis taklim, seminar, ceramah, khutbah, kunjungan dakwah, dan lembaga kajian. Selain itu sangat baik jika pesantren mampu memunculkan media informasi (cetak/elektronik) yang dapat merebut opini umum untuk mendukung fikrah Islam. Selain itu, mudir dan pegawai pesantren hendaknya melakukan nasyrul fikrah secara langsung ke lingkungan terdekatnya.
Takwin syakhsiyyah daiyah. Dakwah tanpa pembinaan bagaikan keluarga bahagia tanpa anak. Tak ada yang meneruskan, tak ada yang mewarisi ideologi keluarga itu. Oleh karena itu, teruslah bergerak, teruslah menebarkan semangat kebaikan dan perbaikan. Selalu ingat bahwa “Barangsiapa yang menolong agama-Nya, maka Dia akan menolongmu dan mengukuhkan kedudukanmu” dan tetaplah dalam barisan teratur, yang senantiasa dicintai oleh Allah swt. Serta jadikan pembinaan sebagai salah satu langkah membuat perubahan.
Pembinaan kader dakwah dalam pesantren sangat penting. Tempat berkumpulnya para ustadz yang berusaha menjadi baik dengan cara berkumpul dengan orang baik, berusaha menjadi orang yang senantiasa terjaga dalam kebaikan, mengikuti para pemimpinnya dalam kebaikan. Yang menginginkan pembelajaran organisasi, dengan melihat pemimpinnya berdiskusi dan beradu opini. Pembinaan dengan pemahaman karakter menjadi salah satu jalan menjaga mereka dengan lebih efektif.
Perlu kesadaran kedua belah pihak, pemimpin maupun yang sedang dipimpin. Kader harus berinisiatif mencari sedangkan pemimpin aktif dalam memberi. Namun sekali lagi, penekanan tetap kepada para qiyadah (ada yang menyebutnya demikian untuk para pemimpin). Mengapa? Karena pemimpinlah yang lebih tahu medan dakwah, lebih berpengalaman, dan tahu mau dibawa kemana lembaga tersebut sehingga harus mengarahkan kader. Karena salah satu bukti pemimpin sejati adalah kemampuan melahirkan pemimpin setelahnya. Kaderisasi berjalan. Pembinaan salah satu jalannya. Pembinaan merupakan jalan membentuk duplikat, bahkan orang yang lebih baik, wahai para pemimpin. Pembinaan adalah amal bagimu, menjadi pemberat timbangan baikmu, insya Allah. Kalau saja pemimpin terdahulu tak melakukan fungsi ini, mungkin kondisi kita berbeda. Jika Rasulullah tak membina para Sahabat, yakinkah kita Islam akan mendunia? Jika dulu H.O.S Tjokroaminoto tak membina Bung Karno, belum tentu Indonesia merdeka pada tahun 1945, meskipun itu tetap menjadi kehendak Allah swt.
Tanmiyatul kafaah. Kemampuan yang dimiliki oleh tenaga pendidik dan kependidikan harus terus dikembangkan melalui training, seminar, lokakarya dan kegiatan lain yang memotivasi mereka meningkatkan kemampuan. Bila diperlukan mereka harus menambah pendidikan formal atas biaya pesantren agar pesantren tidak ketinggalan dengan perkembangan dunia pendidikan dan profesioalitas guru dan karyawan.
Kemampuan murabi ditingkatkan melalui sekolah murabi yang baik secara kurikulum dan trainer. Sehingga tarbiyah satri ditangani oleh murabi profesional dan tersertifikasi dengan kualifikasi yang baik. Kemampuan leadership dari semua level perlu terus ditingkatkan. Mulai dari level tertiggi, menengah dan rendah juga harus ditingkatkan dengan coaching yang berkesinambungan di bawah bimbingan coach berpengalaman dalam dunia pendidikan pesantren.
Kasbul maisyah. Civitas akademika Pondok Pesantren perlu memenuhi kebutuhan pribadi keluarga dan biaya operasional dakwah di masyarakat. Penghasilan yang cukup dari profesionalitas mendidik dan membina akan menjadikan mereka betah dan tenang dalam membimbing santri. Ketika beban ekonomi menjadi beban tentu fokus dalam pekerjaan akan terganggu. Oleh sebab itu Pondok Pesantren Husnul Khotimah perlu mengembangkan usaha produktif sesuai prinsip ekonomi Islam untuk menopang biaya pendidikan. Usaha ini akan menjadikan pesantren mandiri dan bermartabat di tengah masyarakat. Pesantren yang hanya bergantung kepada SPP sulit untuk mandiri dan tidak independen dalam menentukan kebijakan.
Ijtimaul khubara. Berkumpulnya banyak tenaga pengajar dari berbagai disiplin ilmu menjadikan pesantren sebuah lembaga ilmiah yang baik. Pesantren tempat bertemunya ulama yang menguasi agama dengan sangat baik dengan ahli ilmu sosial dan sain menjadikan lembaga ini berkembang secara seimbang dan dinamis.
Ilmu agama sebagai syarat utama dalam menciptakan kebahagiaan batin yang menjadikan manusia bahagia dan tenang dalam menghadapi masalah kehidupan. Ilmu sosial dan sain sebagai syarat menguasai peradaban dan kemajuan teknologi. Ilmu bahasa sebagai alat untuk mendalami semua disiplin ilmu. Semua ilmu ini terdapat di pondok pesantren Husnul Khotimah yang dipadukan dengan penanaman nilai akhlaq mulia.
Untuk menguatkan pesantren sebagai lembaga pengembangan ilmu pengetahuan perlu dikembangkan tradisi ilmiah yang baik. Tradisi ilmiah bisa dikembangkan dengan meningkatkan semangat membaca dan menulis. Tradisi ilmiah juga mengakar pada cara pandang kita terhadap ilmu pengetahuan. Tentang berapa banyak harga yang dapat kita bayar untuk memperolehnya. Kata ilmu terulang lebih terulang lebih 800 kali dalam Al-Qur’an. Rasulullah saw menyebutnya sebagai syarat untuk merebut dunia dan akhirat sekaligus. Itulah sebabnya Imam Ahmad mengatakan, kebutuhan manusia.
Tradisi ilmiah selanjutnya dibentuk oleh sistematika pembelajaran yang benar. Waktu kita tidak memadai untuk menguasai banyak ilmu. Waktu kita tidak cukup untuk membaca semua buku. Tapi kita tetap dapat menguasai banyak ilmu melalui sistematika pembelajaran yang benar.Untuk itu kita memerlukan seorang guru, ulama, murabbi yang mengetahui struktur dari setiap ilmu dan cara mempelajarinya.
Idzhar qiyadah ijtimaiyyah. Pondok Pesantren Husnul Khotimah merupakan lembaga yang kondusif untuk memunculkan kepemimpinan kultural dalam masyarakat. Kompetensi dan kharisma dalam memimpin lembaga formal bisa di terapkan dalam memimpin masyarakat.
Kiyai pesantren masa lalu tampil menjadi pemimpin masyarakat dalam menghadapi penjajahan dan kolonialisme. Mereka berhasil menghimpun potensi masyarakat sehingga bisa digunakan untuk menegakan kebenaran dan menumpas kemaksiaatan. Bahkan beberapa kali ideologi negara bisa terselamatkan dari pemberontak karena usaha jihad dan perjuangan para kiyai pesantren.
Di zaman sekarang ini tidak mustahil mudir atau pimpinan Pondok Pesantren Husnul Khotimah yang kaya pengalaman mengelola pesantren tampil menjadi kepala desa, Bupati atau lebih tinggi lagi menjadi gubernur atau presiden. Pimpinan pesantren sangat kaya dengan pengalaman manajemen langsung yang tidak didapatkan dalam studi manajemen. Sehingga ketika waktunya tiba mereka bisa tampil menjadi pemimpin sejati ditengah masyarakat.
Disamping itu alumni tamatan pesantren harus dibekali dengan skill manajemen dan leadership yang mumpuni. Sehingga ketika kelak mereka kuliah diperguruan tinggi atau kembali kemasyarakan diharapkan mampu menjadi pemimpin masa depan yang baik.
*Pengajar MA Husnul Khotimah dan Dosen SETIAHK